Etika Bisnis : Etika Periklanan
MAKALAH
ETIKA BISNIS
ETIKA PERIKLANAN
Dosen Pengajar:
HJ.
IGA AJU NITYA DHARMANI , S.ST.,
S.E., M.M.
Disusun
Oleh:
Mukhammad
Eko Setiawan (01219059)
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
NAROTAMA SURABAYA
2021
BAB I. PENDAHULUAN
Periklanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari duina industri modern. Hal ini berkaitan erat dengan cara produksi dalam
industri modern yang menghasilkan produk-produk dalam skala yang besar,
sehingga menjadikan penjualan sebagai target pencapaian. Oleh karena itu, ada
yang namanya persaingan yang dilakukan para pelaku industri yang masing-masing
menawarkan keunggulan dari produk atau jasa yang dijual. Masalah etika dalam iklan
muncul ketika iklan kehilangan nilai-nilai informatifnya dan menjadi semata-mata
bersifat propaganda barang-barang dan jasa iklan.
Iklan yang beranekaragam pada setiap media, baik media
elektronik, ataupun mediacetak, menimbulkan berbagai persepsi mengenai
penampilan iklan pada setiap media oleh konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh
katrakteristik media yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada media
televisi, iklan dapat divisualisasikan dengan gambar bergerak, suaradan musik,
tetapi memiliki kelemahan yaitu durasi penayangan yang terbatas. Lain halnya dengan
media cetak, walaupun tidak dapat disertai dengan suara atau musik pengiring,
iklanmedia cetak dapat memberikan informasi lebih lengkap mengenai suatu
produk. Tampilaniklan saat ini sudah meningkat, baik dari segi kualitas mau pun
dari segi artistiknya. Iklandibuat sedemikan rupa sehingga dapat menarik
perhatian konsumen. Tetapi suatu iklan produk yang dianggap menarik oleh suatu
kelompok demografi, belum tentu di nilai menarik juga oleh konsumen lain.
Etika didalam periklanan memang harus di perhatikan,
karena yang memandang dan menilai iklan tersebut adalah konsumen melalui
persepsi mereka. Kebanyakan konsumen jenuh terhadap iklan yang disiarkan
ditelevisi dan menganggap bahwa iklan tersebut hanyamengumbar janji-janji yang
tidak sesuai dengan kenyataanya, karena sudah cukup banyak bukti terhadap
manipulasi dari periklanan. Iklan yang disiarkan ditelevisi sering tampildengan
menyuguhkan produk yang berlebih-lebihan, sehingga mendorong konsumen
untukmencobanya. Sebuah realitas yang dirancang sedemikian rupa oleh pengiklan
semata-matauntuk mempengaruhi konsumen, hal tersebut jelas-jelas menyesatkan.
BAB II. ISI
1.1. Etika Periklanan
Untuk mempromosikan produknya, iklan dibuat dengan dramatis sehingga menonjolkan
kelebihan dari produknya saja. Dan iklan tersebut ditayangkan tidak bisa hanya untuk
target marketnya saja (secara khusus dan langsung ), tetapi pasti ditonton atau
dilihat oleh banyak kalangan (seluruh masyarakat bahkan yang bukan target
marketnya). Oleh karena itu, dalam periklanan harus mempunyai etika dan tata
krama agar dapat diterima oleh masyarakat dan tidak menjadi iklan yang
kontroversial.
Pada dasarnya fungsi dasar kegiatan periklanan adalah informasi dan
jembatan komunikasi tentang suatu produk/jasa/ perusahaan/organisasi kepada
target khalayaknya.Selain Itu, iklan juga menjadi sarana edukasi, produk baru,
inovasi, dan bagaimana caramenggunakan produk dengan perubahan kognitif sampai
perilaku. Iklan juga berfungsisebagai media persuasi untuk memengaruhi target
khalayak agar mau mengakuisisi suatu produk/jasa secara terus-menerus. Namun
sayangnya tujuan mulia dunia periklanan itudicapai dengan cara-cara yang kurang
etis.
Iklan yang dibuat selain harus berdasarkan etika yang ada tetapi juga harus
dibuat sedemikian rupa agar dapat menimbulkan persepsi yang positif dari setiap
kalangan.Disamping itu, etika periklanan terdapat dua pedoman yaitu tata krama
dan tata cara.
1)
Tata Krama à Tata karma terdiri
atas kata tata yang berarti adat, norma atau aturan. Karma yang berarti sopan
santun atau tindakan. Jadi tata krama adalah norma kebiasaan yang mengatursopan
santun, dan disepakati oleh lingkungan. Didalam periklanan tidak boleh
menunjukkanadegan kekerasan, merendahkan produk pesaing, seta peniruan.
2)
Tata Cara à Segala bentuk
peraturan yang harus ada didalam pembuatan sebuah iklan agar tidakmelanggar
etika yang berlaku. Seperti halnya didalam pembuatan iklan harus adanya izin
produksi sebelum iklan tersebut diterbitkan.
1.2. Fungsi Periklanan
Iklan sudah menembus internet, televisi jaringan, surat kabar harian, dan
papan iklan pinggir jalan. Produk, layanan, dan ide dijual melalui iklan,
memungkinkan perusahaan dapat menarik pelanggan untuk membeli produk mereka.
Saat ini, iklan internet dengan cepat menggantikan iklan cetak, karena
kenyamanan dalam penggunaannya, efektivitas biaya, dan kemudahan distribusi.
a.
Brand Identification
(Identifikasi Merek)
Produk, layanan, dan ide dijual
melalui bisnis yang dibedakan oleh identitas merek mereka. Identitas merek
dikomunikasikan kepada publik melalui iklan. Konsumen membangun hubungan
emosional yang semakin akrab dengan merek-merek tertentu berkat iklan.
b.
Information
(Informasi)
Iklan memasok informasi yang
diperlukan kepada konsumen sehingga mereka tahu apa yang tersedia dan dimana
membelinya melalui berbagai portal media. Iklan menjabarkan tentang fitur-fitur
khusus yang dijual, warna, ukuran produk dan toko mana yang menjualnya.
c.
Persuasion (Bujukan)
Presentasi iklan visual yang kuat
memaksa konsumen untuk membeli barang, layanan, dan gagasan sebagai cara untuk
mencapai pemenuhan emosional. Persuasi adalah misi inti periklanan. Periklanan
memberi tahu Anda bagaimana produk, layanan, atau ide yang Anda pertimbangkan
akan meningkatkan kehidupan Anda. Menurut Jeremiah O’Sullivan R, penulis “The
Social and Cultural Effects of Advertising,” iklan memberi rangsangan pada
konsep ideologi, mitos, seni, ketertarikan seksual dan agama. Periklanan
memasukkan gambar dan ide ke dalam produk dan layanan, sama seperti makna
produk dan layanan dimasukkan ke dalam gambar dan ide.
d.
Previewing New Trends
(Pratinjau Tren Baru)
Ulasan tentang keunggulan produk,
layanan, dan ide baru memotivasi konsumen untuk mendapatkannya karena mereka
tidak ingin ketinggalan. Periklanan memungkinkan konsumen untuk mengikuti tren
dan pasar baru. Mereka menawarkan kupon, potongan harga, dan penawaran uji coba
pada produk, layanan, atau ide baru untuk merekrut pelanggan baru dan mendorong
pelanggan yang sudah ada untuk mencoba berbagai hal. Pengiklan mengulas produk,
layanan, dan ide baru kepada konsumen untuk menarik minat mereka agar tahu
tentang tren mutakhir. Meninjau tren baru adalah teknik yang digunakan oleh
pengiklan yang memanfaatkan keinginan konsumen untuk “bersaing dengan orang
lain” dengan memiliki produk, layanan, atau gagasan terbaru dan terhebat.
e.
Demand (Permintaan)
Salah satu fungsi kuat dari
periklanan adalah untuk menghasilkan permintaan konsumen untuk produk, layanan,
dan gagasan tertentu melalui kampanye iklan yang menargetkan konsumen yang
paling mungkin membelinya. Produk, layanan, dan konsep dijual dalam jumlah
tertentu, sesuai dengan permintaan konsumen.
f.
Customer Base (Basis
pelanggan)
Iklan berkualitas yang konsisten
akan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu produk, layanan, atau ide.
Periklanan berupaya mempertahankan basis pelanggan saat ini dengan memperkuat
perilaku pembelian dengan informasi tambahan tentang manfaat merek. Tujuan
periklanan adalah untuk membangun dan memperkuat hubungan dengan pelanggan,
prospek, pengecer dan pemangku kepentingan lainnya.
g.
Competitive Pricing
(Harga Kompetitif)
Periklanan menampilkan
barang-barang konsumen dengan harga yang relatif bersaing terhadap pasar saat
ini, sehingga mendidik konsumen tentang hal-hal apa yang harus dibayar.
Periklanan memberi tahu konsumen apa yang dilakukan pesaing, kapan penjualan
berikutnya, dan bagaimana konsumen dapat menerima kupon atau rabat terbaru dan
berusaha meyakinkan konsumen bahwa Anda menerima nilai terbaik untuk uang
konsumen.
1.3. Periklanan dan Kebenaran
Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reputasi baik sebagai pelindung
atau pejuang kebenaran. Sebaliknya, seringkali iklan terasa membohongi,
menyesatkan dan bahkan menipu publik. Periklanan hampir disamakan dengan tidak
bisa dipercaya. Bisa saja iklan mengatakan sesuatu yang tidak benar, tetapi
dalam hal ini tidak ada kesengajaan. Tujuan dalam konteks periklanan adalah
agar orang lain percaya bahwa produk atau jasa yang dijual sesuai dengan yang
di iklankan.
Disamping itu, iklan juga mempunyai unsur promosi. Iklan merayu konsumen
maupun iklan yang ingin mengiming-imingi calon pembeli. Karena itu bahasa
periklananyang menggunakan retorika tersendiri. Bahasa periklanan pada umumnya
srat dengan superlatif dan hiperbola. Maksudnya adalah iklan memberikan
informasi yang tidak perlu dimengerti secara harfia, melaikan menarik perhatian
dan minat supaya memikat calon pembeli.
Dalam iklan sebuah produk selalu diperkenalkan menurut segi yang paling
bagus. Kelemahan produk satu terhadap produk lain yang pasti tidak perlu masuk
dalam iklan. Lebih mudah iklan tersebut mengandung unsur penipuan, terutama
untuk publik sederhana yang berpendidikan rendah dan kurangnya sikap kritis.
1.4. Manipulasi dengan Periklanan
Manipulasi dalam periklanan dikatakan tidak memiliki etika jika melanggar
hak asasi manusia, hanya dijadikan sebagai sarana dan perantara semata. Pada
umunya periklanan berusaha mempengaruhi tingkah laku konsumen, dengan cara
memanfaatkan faktor-faktor psikologis, seperti: status, gengsi, dll. Contoh
usaha untuk mempengaruhi tingkah laku konsemen yaitu dengan cara menampilkan
sosok idola dalam iklan dan memberikan hadiah. Sosok idola yang ditampilkan
dalam sebuah iklan, dapat mempengaruhi tingkah laku penggemarnya dalam
mengkonsumsi sebuah produk, konsumen akan membeli apa yang digunakan oleh
idolanya, selain itu dengan pemberian hadiah seperti beli 2 dapat 3, diskon
10%, mendapatkan voucher dll.
Manipulasi melalui periklanan atau dengan cara bagaimanapun merupakan
tindakan yang tidak memiliki etika. Namun, harus dibedakan secara baik antara
mempengaruhi perilaku dan manipulasi. Karena setiap hari manusia dalam
bertingkah laku dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor lingkungan,
namun hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai manipulasi, sehingga tingkah
laku dalam berkonsumsi seseorang tersebut berasal dari diri sendiri, keputusan
untuk membeli sebuah produk atau tidak dalam sebuah iklan merupakan kepetusan
dari konsumen sendiri. Ada 2 cara untuk memanipulasi orang dengan periklanan:
·
Subliminal
advertising
Maksudnya adalah
teknik periklanan yang sekilas menyampaikan suatu pesan dengan begitu cepat,
sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal di bawah ambang kesadaran.
Teknik ini bisa dipakai di bidang visual maupun audio. Teknik
subliminal bisa sangat efektif, contohnya, dalam sebuah bioskop di New Jersey
yang menyisipkan sebuah pesan subliminal dalam film yang isinya “Lapar. Makan
popcorn”. Dan konon waktu istirahat popcorn jauh lebih laris dari biasa.
·
Iklan yang ditujukan kepada anak
Iklan seperti ini pun harus dianggap kurang etis, Karena anak mudah
dimanipulasi dan dipermainkan. Iklan yang ditujukan langsung kepada anak tidak
bisa dinilai lain daripada manipulasi saja dan karena itu harus ditolak sebagai
tidak etis.
1.5. Pengontrolan terhadap Iklan
Dalam bisnis periklanan, perlulah adanya kontrol tepat yang dapat
mengimbangi kerawanan tersebut. Pengontrolan ini terutama harus dijalankan
dengan tiga cara berikut ini :
a)
Kontrol oleh pemerinah
Tugas penting bagi pemerintah, harus melindungi
masyarakat konsumen terhadap keganasan periklanan. Di Amerika Serikat
instansi-instansi pemerintah mengawasi praktek periklanan dengan cukup efisien,
antara lain melalui Food and Drug Administrationdan Federal Trade Commission.
Di Indonesia iklan diawasi oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan
(POM) dari Departemen Kesehatan.
b)
Kontrol oleh para pengiklan
Cara paling ampuh untuk menanggulangi masalah etis
tentang periklanan adalah pengaturan diri (self regulation) oleh dunia
periklanan. Biasanya dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah norma
dan pedoman yang disetujui oleh para periklan, khususnya oleh asosiasi
biro-biro periklanan.
c)
Kontrol oleh masyarakat
Masyarakat luas tentu harus diikutsertakan dalam
mengawasi mutu etis periklanan. Dengan mendukung dan menggalakkan
lembaga-lembaga konsumen, kita bisa menetralisasi efek-efek negatif dari
periklanan.
1.6. Penilaian Etis Terhadap Iklan
Ada empat faktor yang selalu harus dipertimbangkan dalam menerapkan
prinsip-prinsip etis jika kita ingin membentuk penilaian etis yang seimbang
tentang iklan.
·
Maksud Pengiklan
Jika maksud si
pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi tidak baik
juga. Jika maksud si pengiklan adalah membuat iklan yang menyesatkan, tentu
iklannya menjadi tidak etis. Namun sebaliknya jika tujuan pengiklan untuk memberitahu
akan hal yang positif atau mengedukasi maka akan mendapatkan respon yang
positif.
·
Isi Iklan
Menurut isinya,
iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan. Iklan
menjadi tidak etis pula, bila mendiamkan sesuatu yang sebenarnya penting. Namun
demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa iklan diadakan dalam rangka promosi.
Karena itu informasinya tidak perlu selengkap dan seobyektif seperti laporan
dari instansi netral.
·
Keadaan Publik Yang Tertuju
Yang dimengerti disini dengan publik adalah orang dewasa
yang normal dan mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang
diiklankan. Perlu diakui bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat
berbeda. Dalam masyarakat dimana taraf pendidikan rendah dan terdapat banyak
orang sederhana yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat
daripada dalam masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata lebih tinggi atau
standar ekonomi lebih maju.
·
Kebiasaan di Bidang Periklanan
Periklanan selalu
dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu orang sudah biasa
dengan cara tertentu disajikannya iklan. Dimana ada tradisi periklanan yang sudah
lama dan terbentuk kuat, tentu masuk akal saja bila beberapa iklan lebih mudah
di terima daripada dimana praktek periklanan baru mulai dijalankan pada skala
besar.
1.7. Contoh Kasus dalam Etika Periklanan
a)
iklan produk Lulur
Citra yang ditayangkan oleh stasiun SCTV pada tanggal 28 Februari pada jam
16:00 WIB tmelanggar etika periklanan karena iklan tersebut menampilkan
seorang artis iklan yang sedang mandi lulur dan melihatkan paras perempuan
seksi dengan melihatkan sedikit bagian punggung. Sedangkan EPI, pasal 1.26
Pornografi dan Ponoraksi mengatur bahwa “Iklan tidak boleh mengeksploitasi
erotisme atau seksualitas dakam bentuk apapun”.
b)
iklan Sabun
Lifebouy ini melanggar etika periklanan karena menggunakan kata “NO.1 di
dunia”. Sedangkan EPI, Bab III.a No. 1 Pasal 1.2.2 mengatur bahwa “Iklan tidak
boleh menggunakan kata-kata “paling”, “no.1”, “TOP”, atau kata-kata
berlawanan “ter”, dan/ atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan
keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari
otoritas terkait atau sumber yang autentik”.
c)
periklanan dari maskapai melanggar nilai hukum etika dan
komunikasi bisnis dalam pemasaran yaitu pada iklan pesawat maskapai Garuda
Indonesia. Dalam iklan maskapai pesawat Garuda Indonesia ini dapat dilihat
bahwa iklan ini telah menampilkan perbandingan antara produk atau keunggulan
yang menjadi ciri khas maskapai pesawat Garuda Indonesia dengan kelemahan dari
produk barang dan jasa dari maskapai lain dengan tujuan untuk menjatuhkan dan
merendahkan produk maskapai lain. Walaupun iklan yang sudah dibuat dengan
strategi iklan yang sudah bagus, akan tetapi pesan di dalamnya akan menimbukan
masalah pada produk lain. Dalam Strategi iklan maskapai pesawat Garuda
Indonesia menunjukkan bahwa kenyamanan dari konsumen ketika sedang dilayani
dengan maskapai Garuda Indonesia yang menjadi sumber utama bagi mereka, akan
tetapi dengan menggunakan produk pesaing yaitu maskapai pesawat yang lain
merupakan salah satu pelanggaran etika dalam beriklan. Dalam salah satu prinsip
etika yang diatur di dalam EPI, terdapat sebuah prinsip bahwa “Iklan tidak
boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung”
1.8. Perbandingan Iklan yang Tidak Etis dan Iklan yang Etis
Diperlukan dalam mengatur perilaku individu agar lebih mengutamakan
kepentingan orang banyak, sedangkan aktivitas periklanan suatu dampak sosial
budaya dan ekonomi tertentu bagi khalayaknya. Sebab itu agar dampaknya tidak
negatif, maka diperlukan pengaturan membuat iklan itu tidak semena- mena baik berita
dan gambarnya harus mengacu nilai moralitas yang berlaku pada kalangan
masyarakat.
Gresik adalah kota yang terletak di sebelah utara kota Surabaya. Bagian
dari provinsi Jawa Timur. Gresik merupakan
salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkembang
cukup pesat, juga tidak lepas dari problematika penataan reklame/iklan yang masih
semrawut. Pemasangan papan reklame di sepanjang jalan, baik yang membentang
maupun yang berada di tepi jalan, harus mulai diatur dengan baik. Memang, jalan
merupakan salah satu tempat yang paling strategis untuk memasang iklan.
Penataan reklame saat ini saya rasa kurang tertata rapi dan kurang teratur.
Berikut ini merupakan beberapa contoh pelanggaran Etika Bisnis Periklanan yang
ada di wilayah Gresik:
1)
Gambar 1: Reklame Spanduk yang dipaku pada sebuah pohon
di daerah Jl. Kluwung, Kesamben Kulon, Kec. Wringinanom Kab. Gresik (25 Mei
2021 pukul 07.06)
2)
Gambar 2: Reklame Spanduk yang dipaku pada sebuah pohon
di daerah Jl. Sooko Kec. Wringinaom Kab. Gresik (25 Mei 2021 pukul 07.11)
3)
Gambar 3: Reklame brosur yang di tempel pada tiang
listrik di daerah Jl. Lebaniwaras Kec. Wringinanom Kab. Gresik (24 mei 2021
pukul 14.26)
Ulasan:
·
Gambar 1. Pemasangan Spanduk/Banner Toko Handphone pada
sebuah pohon
·
Gambar 2. Pemasangan Spanduk/Banner Toko Handphone pada
sebuah pohon
·
Gambar 3. Penempelan brosur Sedot WC pada tiang listrik
Pemasangan reklame tersebut sudah melanggar Peraturan Bupati Gresik No.9
Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Reklame di Kabupaten Gresik. Pada pasal 21
Ayat 1(E) “tidak diperbolehkan untuk
memindah dan/atau dengan sengaja mematikan pohon untuk kepentingan reklame”. Dan pada pasal 25
yang berbunyi “Penyelenggaraan reklame
insidentil jenis melekat tidak diperbolehkan ditempelkan pada rambu lalu
lintas, tiang listrik, tiang Penerangan Jalan Umum (PJU), tiang telepon atau sarana
dan prasarana kota lainnya”.
Pemasangan reklame tersebut menyalahi aturan tentang penyelenggaraan
reklame yang ada di daerah Gresik. Peralatan yang digunakan juga sangat minim,
yakni hanya mengunakan sebatang kerangka bambu dengan perbandingan spanduk yang
cukup berukuran besar. Hal tersebut cukup berbahaya jika pemasangan yang kurang
kuat akan mengakibatkan lepas bisa membahayakan pengguna jalan.
Dari perbandingan contoh iklan yang tidak etis diatas, akan saya berikan
contoh iklan yang etis yang ada di daerah Gresik:
1)
Gambar 4. Reklame menggunakan baliho dan menggunakan
bahan dan alat yang cukup memadahi sesuai dengan standart di daerah Jl. Raya
Kedamean Kec. Kedamean Kab. Gresik (24 Mei 2021 pukul 13.46)
Ulasan:
Gambar diatas adalah salah satu contoh iklan yang etis sesuai dengan
Peraturan Bupati Gresik No.9 Tahun 2016. Pasal 1 ayat 11 yang berbunyi “Reklame Megatron adalah reklame yang bersifat tetap
(tidak dapat dipindahkan) menggunakan layar monitor maupun tidak, berupa gambar
dan/atau tulisan yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan menggunakan tenaga
listrik, termasuk di dalamnya Videotron dan Electronic Display”. Juga pasal 18 poin
D yang berbunyi “instalasi listrik yang
dipasang harus memenuhi persyaratan teknis sehingga tidak membahayakan
keselamatan umum”.
Pemasangan reklame tersebut sudah etis dan sesuai dengan aturan Bupati
Gresik, yang menggunakan instalasi listrik yang memenuhi persyaratan teknis dan
juga menggunakan bahan yang sudah cukup kuat dan kokoh.
BAB III. KESIMPULAN
Iklan
merupakan bagian dari stategi pemasaran yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat atau calon konsumen untuk mempromosikan produknya sehingga konsumen
akan membeli produk tersebut sebagai pemuas kebutuhan. Iklan memiliki beberapa
fungsi diantara nya fungsi informatif, fungsi persuasif, dan fungsi pengingat
(reminder).
Namun
saat ini banyak terjadi manipulasi yang dilakukan oleh pengiklan, manipulasi
tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu subliminal advertising dan
iklan yang ditujukan kepada anak. Untuk mengatasi manipulasi tersebut perlu
dilakukan pengontrolan terhadap iklan, yaitu kontrol yang dilakukan oleh
pemerinah, kontrol oleh para pengiklan, kontrol oleh masyarakat.
Banyaknya
manipulasi terhadap iklan menyebabkan kebenaran iklan tidak dapat di pecahkan
secara hitam putih. Penilaian terhadap iklan banyak tergantung pada situasi
konkret dan kesediaan publik untuk menerimanya atau tidak. Selain
itu penilaian etis terhadap iklan dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih
dahulu maksud si pengiklan, isi iklan, keadaan publik yang tertuju, dan
kebiasaan di bidang periklanan.
Dalam periklanan kita tidak lepas dari etika, karena iklan memiliki unsur promosi, merayu konsumen, dengan bahasa persuasif dan hiperbola. Maka dalam sebuah bisnis periklanan, perlu adanya kontrol yang tepat untuk menghindari perilaku yang tidak etis dan sesuai dengan peraturan daerah atau undang-undang yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Armyanto,
I. (2019, Januari 9). 7 Fungsi Periklanan. Retrieved from Rumahasyam:
https://rumahasyam.com/7-fungsi-periklanan/
Aulia, M. (n.d.). Periklanan
dan Kebenaran Scribd. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/document/354637595/Periklanan-Dan-Kebenaran-Scribd
Khoiriyah, S. A.,
Alvinaratry, S., Yuhdi, M., Fitriyani, K., Putri, A. N., & Alifisyah, T.
M. (2017, April 14). Periklanan dan Etika. Retrieved from Yudhi
Albeiro Blog:
https://introvideomusic.blogspot.com/2017/04/periklanan-dan-etika.html#:~:text=1.4%20Manipulasi%20dalam%20Periklanan&text=Manipulasi%20merupakan%20kegiatan%20mempengaruhi%20kemauan,tidak%20tentu%20diinginkan%20oleh%20seseorang.
Kompas.com. (2020,
April 11). Pelanggaran Etika Periklanan Pada Telivisi. Retrieved from
Kompas.com: https://www.kompasiana.com/sabnotsap/5e91e345d541df1c6d244743/pelanggaran-etika-periklanan-pada-telivisi
Ranandhanty, A. (2017,
8 4). Etika Bisnis. Retrieved from Periklanan dan Etika:
https://ameliaramadhanty.wordpress.com/2017/08/04/periklanan-dan-etika/
Saputra, D. (n.d.). Etika Dalam Periklanan. Retrieved from Academia.Edu: https://www.academia.edu/7427025/Etika_dalam_Periklanan
#bangganarotama #febunnaraya #prodimanajemen #universitasnarotama #dosenkuayurai #etikabisnis #etikaperiklanan #missmanagement
Komentar
Posting Komentar